Animated Dance Dance Revolution DDR Red

Senin, 06 Mei 2013

Mobilitas Sosial


PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mobilitas sosial (gerak sosial) atau social mobility adalah suatu gerak dalam struktur  sosial (social structure) yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya (Soekanto, 2012:219). Semua lapisan masyarakat akan mengalami proses mobilitas sosial dengan cara yang beragam, guna mengawasi perilaku dari invidu itu sendiri. Mobilitas sosial tersebut bergerak ketika seorang individu berpindah dari satu posisi tingkatan ke tingkatan yang lain, baik setara maupun berbeda.
Dalam era sekarang ini, masyarakat berbondong-bondong untuk melakukan mobilitas sosial yang lebih baik dengan anggapan agar hidup mereka bisa lebih bahagia. Namun melakukan mobilitas sosial tidak semudah membalikkan telapak tangan.Mereka yang sudah memiliki mobilitas yang tinggi bahkan menginginkan yang lebih tinggi lagi, karena bagi hampir semua orang dengan memiliki tingkatan mobilitas sosial yang tinggi adalah suatu kebanggaan, Sedangkan bagi masyarakat yang meiliki mobilitas yang rendah dan tidak kunjung berubah, maka akan merasa kecil hati.
Melakukan pergeseran dalam gerak sosial menjadi hal sangat penting bagi suatu kelompok sosial. Selain untuk meningkatkan citra suatu kelompok, juga digunakan untuk memperbaiki tingkat perekonomian dalam kelompok. Mobilitas yang terjadi pada masa lalu merupakan mobilitas sosial yang masih berjalan sesuai dengan keadaan hidup. Berbeda dengan yang sekarang, mobilitas sosial seringkali mengalami rekayasa dari anggota kelompoknya. Penyebab utama dilakukannya rekayasa tersebut karena sulitnya pencapaian mobilitas sosial pada era sekarang ini.


PEMBAHASAN

2.1 Konsep Mobilitas Sosial
            Mobilitas sosial yang berarti berpindahnya suatu kelompok dari kelas tertentu menuju ke kelas yang lain. Perpindahan yang terjadi seringkali menyakitkan baik mental maupun psikis suatu kelompok sosial, karena macam arah mobilitas yang berbeda-beda. Ada yang berpindah dan ada juga yang tetap seperti semula. Mobilitas sosial didalam prakteknya memang sangat sulit, diperlukannya adaptasi pada lingkungan yang baru. Berbeda ketika perpindahan tidak mengharuskan perpindahan posisi lingkungan, hal tersebut akan lebih mudah dilakukan suatu kelompok sosial untuk beradaptasi. Mobilitas sosial ini dapat mencakup kelompok sosial maupun individual.
Kalau kemungkinan mobilitas sosial tidak ada, kelompok bawah berusaha terus untuk meningkatkan statusnya sebagai kelompok (Sarwono,2005:92). Peningkatan status kelompok yang bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan meningkatkan status kelompok keatas, jika hal itu tidak bisa dilakukan maka dengan cara meningkatkan kualitas kelompok tersebut baik dalam segi kesenian dan budaya. Hal tersebut dilakukan agar citra dari kelompok tersebut tidak dipandang jelek oleh kelompok yang lainnya. Walaupun tidak berkembang dalam hal pendidikan, namun setidaknya dalam bidang yang lain masih memiliki keunggulan dibandingkan dengan kelompok sosial yang lain. Tinggi dan rendahnya mobilitas sosial kelompok maupun individu di dalam masyarakat tergantung dengan bagaimana kondisinya. Pada masyarakat yang memiliki kelas sosial terbuka, maka masyarakatnya memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Sebaliknya masyarakat yang memiliki kelas sosial yang tertutup cenderung memiliki tingkat mobilitas yang rendah. Hal itu disebabkan kelas tersebut sulit menerima kemajuan atau modernisasi sehingga kelas sosial tersebut monoton.
2.2 Jenis Mobilitas sosial
            Menurut Soerjono Soekanto (2012:220) tipe mobilitas sosial dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a.       Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat dan tanpa mengubah posisi status sosialnya.
Contohnya : Bu Maria adalah guru sejarah di SMA Negeri 3 Blitar, dikarenakan adanya mutasi guru se-Kota Blitar maka Bu Maria dipindahkan ke SMA Negeri 1 Blitar. Perpindahan yang dialami Bu maria tidak mengubah posisi status sosialnya sebagai guru sejarah.
b.      Mobilitas Sosial Vertikal
Mobilitas sosial vertical merupakan perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis mobilitas sosial yang vertical, yaitu :
1.      Mobilitas Sosial Vertikal Naik (Social-Climbing)
Memiliki dua bentuk utama, yaitu:
● masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi
● pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
Contohnya : Pak Doni adalah guru sejarah di SMA 2 Bekasi, karena memenuhi syarat maka beliau diangkat menjadi kepala sekolah.
2.      Mobilitas Sosial Vertikal Turun (Social-Sinking)
Memiliki dua bentuk utama, yaitu :
● turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya, dan
● turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Contohnya : Seorang polisi dipecat karena telah melakukan tindakan criminal pembunuhan.


c.       Mobilitas Antargenerasi
Merupakan mobilitas dua generasi atau lebih, yang ditandai dengan perkembangan taraf hidup dalam suatu generasi. Hal yang ditekankan bukan berdasarkan perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi yang lainnya.

d.      Mobilitas Intragenerasi
Mobilitas sosial yang dialami oleh individu atau kelompok orang dalam satu generasi. Contohnya : Deri dan Doni adalah kakak adik yang berkerja pada perusahaan yang sama. Deri sebagai direksi, sedangkan Doni sebagai karyawan biasa
2.3    Determinan Mobilitas Sosial
Determinan atau faktor dalam mobilitas sosial dalam masyarakat umumnya dibagi menjadi dua hal, diantaranya adalah faktor pendukung terjadinya mobilitas sosial dan faktor penghambat terjadinya mobilitas sosial. Faktor pendukung mobilitas sosial menurut (Amin:2011) diantaranya adalah :
A.      Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Contohnya ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar kerja. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor structural, yaitu :
● Struktur pekerjaan merupakan tingkatan pekerjaan tiap masyarakat itu berbeda kedudukan sehingga yang berkedudukan rendah akan terpacu untuk menaikkan kedudukan sosial ekonominya mengikuti masyarakat berkedudukan tinggi.
● Perbedaan fertilitas merupakan keadaan setiap masyarakat yang memiliki tingkat kelahiran yang berbeda. Tingkat kelahiran berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang memiliki kedudukan tinggi atau rendah. Hal ini tentu berpengaruh terhadap proses mobilitas sosial yang akan berlangsung.
● Ekonomi ganda merupakan sistem ekonomi yang terdiri dari ekonomi tradisional dan modern sperti yang ada di negara Eropa maupun Amerika. Bagi masyarakat yang berada dalam tekanan sistem ekonomi ganda seperti ini, mobilitasnya terrgantung pada keberhasilan dalam melakukan pekerjaan di bidang yang diminatinya karena dalam masyarakat modern  kenaikan status sosial sangat dipengaruhi oleh faktor prestasi.
B.   Faktor Individu
Faktor individu adalah kualitas orang perorang baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor individu adalah sebagai berikut:
● Perbedaan kemampuan, hal ini disebabkan karena setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
● Orientasi sikap terhadap mobilitas, karena setiap individu memiliki cara berbeda dalam meningkatkan mobilitas sosialnya.
● Faktor kemujuran, karena usaha adalah sebagai proses untuk meraih kesuksesan. Tetapi kemujuran tetap berada pada posisi yang menentukan.
C.    Faktor status sosial
Faktor ini diwariskan oleh orang tuanya terhadap anak-anaknya.
D.   Faktor Keadaan Ekonomi
       Masyarakat desa yang melakukan urbanisasi karena akibat himpitan ekonomi di desa. Masyarakat ini kemudian bisa dikatakan sebagai masyarakat yang mengalami mobilitas, karena keadaan ekonomi yang nantinya memaksa individu untuk melakukan mobilitas.

E.    Faktor Situasi Politik
       Kondisi politik suatu negara dapat menjadi penyebab terjadinya mobilitas sosial, karena dengan kondisi politik yang tidak menentu akan sangat berpengaruh terhadap struktur keamanan. Sehingga, memunculkan sebuah keinginan masyarakat untuk pindah ke daerah yang lebih aman.
F.    Faktor Kependudukan (demografi)
       Dengan pertambahan jumlah penduduk yang pesat dapat mengakibatkan sempitnya lahan pemukiman dan mewabahnya kemiskinan, sehingga menuntut masyarakat untuk melakukan transmigrasi.
G.   Faktor Keinginan Melihat Daerah Lain
Apabila keinginan melihat daerah lain itu dikuasai oleh jiwa yang mengembara akan memunculkan niat individu untuk pindah ke daerah lain dan melakukan mobilitas sosial.
Selain faktor pendorong terjadinya mobilitas sosial, ada juga faktor yang menghambat terjadinya mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat tersebut diantaranya:
● Faktor Kemiskinan, merupakan faktor penghambat yang sering terjadi dalam masyarakat. Hal ini disebabkan adanya kendala akan biaya untuk merubah gerak sosialnya. Contohnya, seorang anak yang berhenti sekolah karena tidak mampu membayar SPP. Contoh tersebut mengakibatkan seorang individu tidak dapat memperbaiki status sosial keluarganya.
● Faktor Diskriminasi Kelas, tingkat diskriminasi terhadap masyarakat dari kalangan yang mampu hingga kurang mampu seringkali menjadi faktor utama. Sehingga ada pepatah yang mengatakan “yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin”.
● Faktor Perbedaan Ras dan Agama, latar belakang ras dan agama bisa saja menjadi faktor-faktor penting yang mempengaruhi kemungkinan maupun peluang seseorang untuk melakukan mobilitas vertikal naik.
● Faktor Perbedaan Jenis Kelamin, hal ini disebabkan masyarakat umum beranggapan bahwa laku-laki lebih hebat dibandingkan dengan perempuan. Dengan demikian, gerak perempuan lebih dibatasi dalam perkembangannya.
● Faktor Pengaruh Sosial yang Sangat Kuat, hal ini dikarenakan pergaulan seorang individu. Ketika pergaulan bersama dengan kelompok bermobilitas naik, maka ada keinginan untuk menyamakan derajatnya.
2.4 Dampak Mobilitas Sosial
            Setiap apa yang dilakukan seseorang akan menuai konsekuensi dari apa yang sudah dilakukan. Adapun dampak yang terjadi akibat mobilitas sosial baik dari segi postif maupun negative. Dampak positif menurut (Rafi:2012) yaitu :
1.      Mendorong seseorang agar lebih maju, adanya kesempatan membuat seseorang termotivasi dalam meningkatkan prestasi guna memperbaiki kedudukan status sosialnya.
2.      Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik, dalam hal ini pendidikan berperan penting di dalamnya.
3.      Meningkatkan integrasi sosial, melakukan pembauran terhadap lingkungan sekitar sehingga mudah dalam berinteraksi.
Dampak negatif akibat terjadinya mobilitas sosial diantaranya yaitu :
1.      Terjadinya konflik, hal ini biasanya disebabkan karena adanya penolakan masyarakat lama terhadap kedatangan orang baru dalam kelompoknya, perebutan terhadap kekuasaan, dan perbedaan dalam menghayati konsep lama terhadap konsep baru.
2.      Timbulnya gangguan psikologi, hal ini biasanya terjadi pada sesorang atau kelompok sosial yang mengalami gerakan mobilitas vertikal turun. Penurunan status sosial daripada status sebelumnya menyebabkan keminderan dalam diri seseorang, rasa malu, serta sulitnya menerima kenyataan menyebabkan gangguan kejiwaan dan sulitnya beradaptasi terhadap lingkungannya yang baru.
2.5         Mobilitas Sosial dalam Masyarakat Multikultural
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan dan memiliki kepentingan bersama serta memiliki budaya (Haryanto, 2011:1). Maksud dari masyarakat multikultural sendiri adalah masyarakat yang memiliki beraneka budaya. Seperti halnya masyarakat Indonesia memiliki suku, ras, agama yang berbeda-beda. Namun perbedaan tersebut tidak memadamkan semangat kebersamaan diantara satu dengan yang lainnya. Masyarakat dapat dibagi menjadi masyarakat desa dan masyarakat kota :
a.        Masyarakat pedesaan
Merupakan sistem yang berkelompok atas dasar kekeluargaan, hubungan antara masyarakatnya lebih erat dan mendalam dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Sebagian besar masyarakat desa bermata pencaharian petani, pekerjaan selain pertanian hanya pekerjaan sambilan saja karena bila tiba masa panen atau masa menanam padi, pekerjaan-pekerjaan sambilan tersebut ditinggalkan. Pergerakan sosial atau mobilitas sosial dalam masyarakat pedesaan biasanya akan lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan sifat masyarakat pedesaan yang lebih tertutup dengan hal-hal yang baru. Mereka beranggapan bahwa cara-cara tradisional masih dapat memberikan jaminan ekonomi dalam keluarga mereka.
b.        Masyarakat Perkotaan
Merupakan sistem berkelompok yang individual, kelompok sosialnya bersifat lebih terbuka dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Sehingga masyarakat kota sebagian besar memiliki tingkat mobilitas sosial yang lebih tinggi. Menurut masyarakat kota mobilitas sangat penting, karena mereka lebih ingin memperbaiki taraf hidupnya serta memiliki mobilitas yang tinggi merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi mereka. Terbukanya akan hal yang baru membuat masyarakat kota lebih mudah menerima wawasan-wawasan yang baru. Tingkat pendidikan menjadi sangat penting untuk nantinya mendapatkan pekerjaan yang layak. Faktor gengsi menjadi salah satu penyebab maraknya mobilitas di kota. Masyarakat di kota berusaha lebih tinggi dibandingkan masyarakat di desa, karena mereka lebih ingin dianggap modern dari masyarakat di desa. Pekerjaan menjadi tolak ukur masyarakat dalam pergaulan, berbeda terbalik dengan kehidupan di kota.



PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Perpindahan mobilitas sosial memiliki berbagai macam arah yang berbeda-beda, tergantung dari individu yang melakukan mobilitas sosial. Seorang individu atau kelompok yang gagal melakukan mobilitas sosial, mereka melakukan pengembangan citra kelompoknya melalui bidang lain diantaranya budaya dan olahraga. Dengan demikian kelompok tersebut tidak merasa kecil hati karena memiliki kelebihan di bidang yang lain.
Mobilitas sosial memiliki beberapa jenis pergerakan sosial, diantara pergerakan tersebut yaitu mobilitas sosial horizontal, mobilitas sosial vertikal naik, mobilitas vertikal turun, mobilitas sosial antargenerasi, dan mobilitas sosial intragenerasi. Dari beberapa bentuk mobilitas sosial, memiliki ciri-ciri yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Faktor  terjadinya mobilitas sosial dibagi menjadi dua macam. Faktor tersebut ialah faktor pendorong mobilitas sosial dan faktor penghambat mobilitas sosial. Faktor pendorong merupakan faktor yang mendukung atau memfasilitasi hingga proses dari mobilitas sosial berjalan. Sedangkan faktor penghambat merupakan faktor yang menghambat atau faktor yang kontra terhadap berjalannya proses mobilitas sosial. Keduanya memiliki faktor yang bertolak belakang.
Selain faktor mobilitas sosial, terdapat juga dua dampak yang ditimbulkan dari mobilitas sosial. Dampak tersebut ialah dampak positif juga dampak negatif. Dampak positif merupakan akibat dari terjadinya mobilitas sosial yang menguntungkan pihak yang melakukan mobilitas sosial, sedangkan dampak negatif merupakan akibat dari terjadinya mobilitas sosial yang justru merugikan orang yang melakukan mobilitas sosial.
Masyarakat memiliki kebudayaan yang beragam, ada masyarakat Kota dan ada juga masyarakat desa. Keduanya memiliki ciri mobilitas yang berbeda-beda. Masyarakat Kota lebih terbuka menerima hal-hal yang baru, sehingga tingkat mobilitas sosialnya lebih tinggi. Sedangkan masyarakat desa lebih tertutup dibandingkan dengan keadaan masyarakat di kota, hal itu dikarenakan pemikiran masyarakat desa yang masih tradisional.



DAFTAR RUJUKAN
           
Haryanto, D. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Rafi. 2012. Migrasi dan Mobilitas Sosial (Perpindahan), (Online), (file:///C:/Users/user/Documents/mobilitas%20sosial/migrasi-dan-mobilitas-sosial-perpindahan.html), diakses 17 Maret 2013
Sarwono, SW. 2005. Psikologi Sosial Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Soekanto, S. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar