PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Masyarakat adalah sekelompok individu
yang tinggal bersama dalam suatu daerah yang membentuk suatu nilai dan norma
sehingga menjadikan suatu kebudayaan dalam sekelompok individu tersebut. Setiap
masyarakat pastilah mempunyai stratifikasi sosial (lapisan masyarakat).
Bahkan pada zaman kuno dahulu, filsuf
Aristoteles (Yunani) mengatakan di dalam Negara terdapat tiga unsur, yaitu
mereka kaya sekali, melarat, dan berada di tengah-tegahnya. Ucapan demikian
paling tidak membuktikan bahwa di zaman ity, dan sebelumnya orang telah
mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat
dari bawah ke atas. Seorang sosiolog terkemuka, yaitun Pitirim A Sorokin,
pernah mengatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tepat dan umum dalam
setiap masyarakat yang hidup teratur. (Soekanto, S. 2012: 197)
PEMBAHASAN
2.1. Konsep
dan Dimensi Stratifikasi Sosial
1)
Konsep Stratifikasi Sosial
Anda tentunya pernah mendengar istilah
S1, S2 dan S3 yang merupakan salah satu jenjang pendidikan perguruan tunggi.
nah, kali ini sedikit kami bahas mengenai konsep tersebut.Strata konsep
dasarnya adalah lapisan. Stratifikasi
sosial adalah pembedaan/pengelompokan penduduk atau masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan sosial secara bertingkat.
Perwujudan
pelapisan sosial dalam masyarakat dikenal dengan istilah kelas-kelas sosial
yang terdiri atas :
1. Kelas sosial tinggi (upper class),
2. Kelas sosial menengah (middle class), dan
3. Kelas sosial rendah (lower class).
1. Kelas sosial tinggi (upper class),
2. Kelas sosial menengah (middle class), dan
3. Kelas sosial rendah (lower class).
Kelas sosial tinggi meliputi para pejabat atau penguasa
dan pengusaha kaya. Kelas sosial menengah meliputi kaum intelektual, seperti
dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil, menengah dan pegawai negeri. Kelas
sosial rendah merupakan kelompok terbesar dalam masyarakat yang meliputi buruh
dan pedagang kecil. Pengelompokan semacam itu terdapat dalam segala bidang
kehidupan dimana manusia menjalankan aktivitasnya.
Dasar-dasar startifikasi sosial
dalam masyarakat :
1) Kekayaan
Seseorang
yang memiliki kekayaan yang paling banyak akan menempati stratifikasi teratas.
Orang yang memiliki harta benda banyak akan lebih dihargai dan dihormati
masyarakat daripada orang yang miskin. Kriteria umum yang biasa dipakai untuk
menempatkan seseorang pada lapisan ini antara lain adalah bentuk dan perabot
rumah yang besar dan mewah, jenis mobil yang digunakan, simpanan dalam bentuk
kepemilikan tanah yang luas, dan nilai pembayaran pajak yang umumnya besar.
Karena itu masyarakat menempatkan orang-orang tersebut pada lapisan masyarakat
atas.
2) Kekuasaan
Kekuasaan
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menetukan kehendaknya terhadap orang
lain (yang dikuasai). Kekuasaan didukung oleh lain,struktur seperti kedudukan
atau posisi tertentu seseorang dalam masyarakat, kekayaan yang dimiliki,
kepandaian, bahkan kelicikan. Seseorang yang memiliki kekuasaan akan menempati
strata yang tinggi dalam struktur sosial masyarakat yang bersangkutan.
3) Keturunan
Dalam
masyarakat feodal, anggota masyarakat dari keluarga raja atau kaum bangsawan
akan menempati lapisan atas, seperti orang yang bergelar andi di
masyarakat Bugis, Raden di masyarakat Jawa, Tengku di masyarakat
Aceh, dan sebagainya. Umumnya mereka disebut dengan ungkapan orang berdarah
biru.
4)
Pendidikan
Dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan atau
pendidikan, orang yang memiliki keahlian atau profesionalitas akan mendapatkan
penghargaan yang lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki keahlian dan
berpendidikan rendah ataupun buta huruf. Mereka yang termasuk golongan ini
adalah para peneliti, cendekiawan atau dosen, dokter, hakim, para atlet dan
sebagainya. (Sosiotekno, 2010)
2)
Dimensi Stratifikasi Sosial
Ada banyak dimensi yang bisa digunakan
untuk mendeskripsikan stratifikasi
sosial yang ada dalam suatu kelompok sosial atau komunitas
(Svalastoga, 1989), misalnya: dimensi pemilikan kekayaan (diteorikan
Koentjaraningrat), sehingga ada strata wong sugih dan wong cilik. Awalnya,
di-mensi ini digunakan untuk melakukan identifikasi pada masyarakat Jawa, maka
yang disebut pemilikan kekayaan akan ter-fokus pada simbol-simbol ekonomi yang
lazim dihargai masyarakat Jawa. Misalnya, pemilikan tanah (rumah, pekarangan
atau sawah).
Dimensi
distribusi sumber daya diteorikan oleh Gerhard Lensky, di mana ada strata tuan
tanah, strata petani bebas, strata pedagang, strata pegawai, strata petani,
strata pengrajin, strata penganggur-an, dan strata pengemis. Dimensi ini pada
awalnya diberlakukan pada masyarakat pra-industri di mana sistem stratifikasi
sosialnya belum sekompleks masyarakat industri.
Ada tujuh dimensi
stratifikasi sosial (diteorikan Bernard Baber), yaitu: occupational prestige,
authority and power ranking, income or wealth, educational and knowledge,
religious and ritual purity, kinship, ethnis group, and local community.
Ketujuh dimensi ini, baik secara terpisah maupun bersama-sama, akan bisa
membantu dalam mendeskripsikan bagaimana susunan stratifikasi sosial suatu kelompok
sosial (komunitas) dan faktor yang menjadi dasar terbentuknya stratifikasi
sosial tersebut.
Samuel Huntington
mengemukakan bahwa ada dimensi modernisasi untuk menjelaskan stratifikasi
sosial, yaitu: strata sosial (baru) yang mampu merealisasi aspirasinya ( the
new have) dan strata sosial yang tidak mampu merealisasi aspirasinya atau
mereka kalah dalam memperebutkan posisi strata dalam komunitasnya (the looser).
Dimensi ini lebih terfokus pada stratifikasi sosial yang pembentukannya
didasarkan pada berbagai simbol gaya hidup. Teorisasi Huntington ini dalam
beberapa hal berhimpitan dengan teori Leisure Class-nya dari Thorstein Veblen.
(De-kill, 2009)
2.2. Pemahaman Kelas
Sosial dan Bentuk Stratifikasi Sosial
Kelas adalah satu konsep yang mengukur kedudukan sosial
manusia dari segi kebendaan dan merupakan satu pembentukan sosial yang tidak
dapat dipisahkan daripada institusi ekonomi yang menguruskan hal-hal seperti
harta, pendapatan, kewangan, pelaburan, agihan kekayaan, tenaga kerja dan
pembahagian buruh dalam masyarakat. Perjuangan kelas merupakan sesuatu yang
terjadi sepanjang masa yang didasarkan semata-mata karena penindasan si kaya
terhadap si miskin.
Karl
Marx menganggap kelas adalah statifikasi unggul dalam masyarakat manusia dan
perkara yang menjelaskan perbedaan sosial. Marx menentang adanya system kelas
yang telah membeda-bedakan masyarakat, Marx menginginkan terbentuknya kesamaan
yang bermaksud bahawasanya masyarakat tidak harus saling membeda-bedakan
diantara status samada kaya, miskin, pandai, tidak pandai dan sebagainya yang
ada dalam masyarakat tersebut.
Marx lebih fokus dan menekankan sebab
terjadinya penderitaan masyarakat terhadap pembahagian tahap dan kelas sosial
(suffering of the devision of society), sedangkan untuk mengklasifikasi tahap
sosial dan membezakan antara manusia dengan manusia memerlukan pemikiran yang
logik dan sistematik demi mewujudkan perubahan dalam pembentukan sosial.
Sebuah
masyarakat yang baik menurut Marx adalah, bebas berkembang dari setiap
keinginan setiap individu yang ada, sehingga dapat membentuk sebuah masyarakat
yang bebas dari seluruh aspek dalam tahap kemajuan sosial. Setiap individu
tidak perlu mengambil peduli berkenaan kelas masing-masing, akan tetapi mereka
berusaha untuk mencari jawapan, kenapa manusia mengeksploitasi manusia lainnya
dan kenapa perlu ada perbezaan sosial dalam masyarakat.
Maka, perubahan ini akan membawa pada sebuah
revolusi dalam sosial masyarakat. Teori Marx secara umum mengulas tentang sebab
dan alasan dari penderitaan golongan kelas bawah dalam sosial, sedangkan cara
untuk menghapuskanya adalah dengan sistem classless society.
Berdasarkan
konsep Karl Marx tentang kelas ini, dapatlah dihuraikan bahawa dalam pembetukan
teori sosial beliau telah memberi sumbangan yang sangat penting sehingga kini.
Kesamarataan yang di war-warkan telah menjadi kenyataan. Seluruh masyarakat
kini menentang jika berlakunya system kelas yang akan memebezakan antara satu
individu dengan individu yang lain. Masyarakat atau individu yang berkuasa
dianggap sama dengan masyarakat yang kurang kuasa atau yang tidak mempunyai
kuasa. Orang kaya dengan orang miskin dianggap sama, Cuma yang membandingkan
mereka adalah kebendaan.
Sehingga kini kita memperjuangkan kesamaan
dalam kehidupan. Pemilikan dan keinginan yang sama di anggap dapat membantu
mengwujudkan system sosial lang serata. Dengan penghapusan system kelas, tidak
ada lagi berlaku penindasan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh yang demikian
unit sosial dalam masyarakat perlu sedap dalam mengelakkan berlakunya system
kelas, mereka perlu berusaha dan bertanggungjawab menjadikan diri mereka orang yang
bebas mempunyai kemajuan dalam hidup tidak kira dalam aspek pemikiran,
kebendaan, ekonomi, sosial, budaya, agama dan sebagainya. Karl
Marx melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses
perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik.
Apabila
pengertian kelas ditinjau secara lebih mendalam, maka akan dapat dijumpai
beberapa kriteria yang tradisional, yaitu:
1)
Besar jumlah
anggota-anggotanya
2)
Kebudayaan yang
sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban warganya
3)
kelanggengan
4)
tanda/lambang-lambang
yang merupakan cirri khas
5)
batas-batas yang
tegas (bagi kelompok itu, terhadap kelompok lain)
6)
antagonisme
terrtentu (Soekanto,S.2012:206)
2) Bentuk-Bentuk
Stratifikasi Sosial\
Terbentuknya
stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang
dihargai dan dianggap bernilai. Pada dasarnya sesuatu yang dihargai selalu
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Keadaan ini
menjadikan bentuk-bentuk stratifikasi sosial semakin beragam. Selain itu,
semakin kompleksnyakehidupan masyarakat semakin kompleks pula
bentuk-bentuk stratifikasi yang ada. Secara garis besar bentuk-bentuk
stratifikasi sosial sebagai berikut.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan
Kriteria Ekonomi
Dalam stratifikasi ini dikenal
dengan sebutan kelas sosial. Kelas sosial dalam ekonomi didasarkan
pada jumlah pemilikan kekayaan atau penghasilan. Secara umum
klasifikasi kelas sosial terdiri atas tiga kelompok sebagai berikut.
a)
Kelas
sosial atas, yaitu kelompok orang memiliki kekayaan banyak, yang dapat
memenuhi segala kebutuhan hidup bahkan secara berlebihan. Golongan
kelas ini dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, bentuk rumah, gaya
hidup yang dijalankan, dan lain-lain.
b)
Kelas
sosial menengah, yaitu kelompok orang berkecukupan yang sudah dapat
memenuhi kebutuhan pokok (primer), misalnya sandang, pangan, dan papan.
Keadaangolongan kelas ini secara umum tidak akan sama dengan keadaan kelas
atas.
c)
Kelas
sosial bawah, yaitu kelompok orang miskin yang masih belum dapat memenuhi
kebutuhan primer. Golongan kelas bawah biasanya terdiri atas pengangguran,
buruh kecil, dan buruh tani.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial
adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelompok
tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh karena itu, anggot amasyarakat
yang memiliki kedudukan sosial yang terhormat menempati kelompok lapisan
tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki kedudukan
sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh: seorang
tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi
dalam pelapisan sosial.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik
Apabila kita berbicara mengenai politik, maka
pembicaraan kita berhubungan erat dengan sistem pemerintahan.
Dalam stratifikasi sosial, media politik dapat dijadikan salah satu
kriteria penggolongan. Orang-orang yang menduduki jabatan di
dunia politik atau pemerintahan akan menempati strata tinggi. Mereka
dihormati, disegani, bahkan disanjung-sanjung oleh warga masyarakat. Orang-orang
yang menduduki jabatan di pemerintahan dianggap memiliki kelas yang lebih
tinggi dibandingkan warga biasa. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria
politik menjadikan masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok
lapisan atas yaitu elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai)
sedangkan kelompok lapisan bawah, yaitu orang atau kelompok masyarakat yang
dikuasai disebut massa atau kelompok terdominasi (terkuasai).
Stratifikasi Sosial Berdasarkan
Kriteria Pekerjaan
Jenis
pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan sebagai dasar
pembedaan dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja di kantor dianggap lebih
tinggi statusnya daripada bekerja kasar, walaupun mereka mempunyai gaji yang
sama. Adapunpenggolongan masyarakat didasarkan pada mata pencaharian
atau pekerjaan sebagai berikut.
a)
Elite
yaitu orang kaya dan orang yang menempati kedudukan atau pekerjaan yang
dinilai tinggi oleh masyarakat.
b)
Profesional
yaitu orang yang berijazah dan bergelar kesarjanaan serta orang dari dunia
perdagangan yang berhasil.
c)
Semiprofesional
mereka adalah para pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan
menengah, mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, para pedagang buku,
dan sebagainya.
d)
Tenaga
terampil mereka adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan teknik
mekanik seperti pemotong rambut, pekerja pabrik, sekretaris, dan
stenographer
e)
Tenaga
tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga dan tukang kebun.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan
Kriteria Pendidikan
Antara kelas sosial dan pendidikan saling
memengaruhi. Hal ini dikarenakan untuk mencapai pendidikan tinggi
diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan juga
motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan
rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Budaya Suku
Bangsa
Pada
dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi sosial yang
berbeda-beda. Misalnya pada suku Jawa. Di Jawa terdapat stratifikasi
sosial berdasarkan kepemilikan tanah sebagai berikut.
a) Golongan wong baku (cikal bakal),
yaitu orangorang keturunan para pendiri desa. Mereka mempunyai hak
pakai atas tanah pertanian dan berkewajiban memikul beban anak keturunan
para cikal bakal tersebut. Kewajiban seperti itu disebut dengan gogol atau
sikep.
b) Golongan kuli gandok (lindung),
yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri, tetapi tidak mempunyai hak
pakai atas tanah desa.
c) Golongan mondok emplok, yaitu orang-orang
yang mempunyai rumah sendiri pada tanah pekarangan orang lain.
d) Golongan rangkepan, yaitu
orang-orang yang sudah berumah tangga, tetapi belum mempunyai rumah
dan pekarangan sendiri.
e) Golongan sinoman, yaitu orang-orang
muda yang belum menikah dan masih tinggal bersama-sama dengan
orang tuanya.
Selain itu, stratifikasi sosial pada masyarakat
Jawa didasarkan pula atas pekerjaan atau keturunan, yaitu golongan
priayi dan golongan wong cilik. Golongan priayi adalah orang-orang
keturunan bangsawan dan para pegawai pemerintah serta kaum cendekiawan yang menempati
lapisan atas. Sedangkan golongan wong cilik antara lain para petani,
tukang, pedagang kecil, dan buruh yang menempati lapisan kelas
bawah. Pada tahun 1960-an, Clifford Geertz seorang pakar antropolog
Amerika membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok, yaitu santri,
abangan, dan priayi. Menurutnya, kaum santri adalah penganut agama
Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secaranominal atau
menganut Kejawen, sedangkan kaum priayi adalah kaum bangsawan.
2.3. Perspektif dan Pendekatan Stratifikasi Sosial
Perspektif
stratifikasi sosial berarti pandangan kelas sosial yang akan menjelaskan
tentang tatanan di masyarakat. Perspektif ini menganggap bahwa setiap anggota
masyarakat itu tidak sama kedudukan sosialnya, tapi punya tingkatan-tingkatan.
Soerjono Soekamto di dalam bukunya yang berjudul sosiologi suatu pengantar
mengakatan kelas sosial adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan
kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan mereka itu diketahui serta
diakui dalam masyarakat.
Ada
beberapa ahli yang berpendapat berbeda tentang kelas sosial tersebut
Kurt. B. Mayer
Istilah kelas sosial hanya dipergunakan
untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan
yang berdasarkan atas kehormatan kemasyarakatan dinamakan kelompok kedudukan.
Max Weber
Membuat pembedaan atas dasar-dasar
ekonomis dan dasar-dasar kedudukan sosial, dan tetap menggunakan istilah kelas
bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi dalam
kelas yang berstandart atas dasar kepemilikan tanah dan benda-benda, serta
kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya.
Adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan
dinamakannya stand.
Joseph Schumpeter
Terbentunya kelas dalam masyarakat
karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang
nyata, akan tetapi makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya
dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.
Pada
beberapa kelas masyarakat dunia, terdapat kelas-kelas yang tegas sekali karena
orang-orang dari kelas tersebut memperoleh sejumlah hak dan kewajiban yang
dilindungi oleh hukum positif masyarakat yang bersangkutan. Warga masyarakat
semacam itu sering mempunyai kesadaran dan konsepsi yang jelas tentang seluruh
susunan lapisan dalam masyarakat. Misanya di Inggris ada istilah-istilah
tertentu seperti commoners bagi orang biasa serta nobility bagi
bangsawan. Sebagian besar warga masyarakat Inggris menyadari bahwa orang-orang nobility
berada diatas commoners (sesuai dengan adat istiadat).
Diantara
lapisan atasan dengan bawahan yang terendah, tersapat lapisan yang jumlahnya
relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja
dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukan yang lebih
tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai banyak uang akan
mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan. Ukuran
atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota
masyarakat kedalam suatu lapisan adalah sebagai berikut.
1)
Ukuran kekayaan
Barang siapa yang memiliki kayaan paling banyak termasuk
dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat dari bentuk
rumah yang bersangkutan, mobil pribadi, cara-cara menggunakan pakaian dan masih
banyak lainnya.
2)
Ukuran Kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai
wewenang terbesar menempati lapisan teratas.
3)
Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan dan/atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat
tempat teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat
tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau yang pernah berjasa.
4)
Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat
yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang
menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif karena ternyata bahwa bukan mutu
ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu
hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar walaupun
tidak halal.
Ukuran di atas tidaklah bersifat limitatif karena masih ada
ukuran-ukuran yang dapat digunakan. Akan tetapi, ukuran-ukuran di atas amat
menentukan sebagai dasar timbulnya sistem dalam lapisan masyarakat tertentu.
Di
dalam suatu masyarakat pelapisan sosial mempunyai sifat yakni bersifat tertutup
(closed sicial stratification), terbuka (open social stratification)stratifikasi
yang bersifat campuran. Sistem lapisan yang bersifat tertutup membatasi
kemungkinan berpindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lain, baik yang
merupakan gerak yang ke atas maupun gerak yang ke bawah. Di dalam sistem
masyarakat yang demikian, satu-satunya cara untuk menjadi anggota suatu lapisan
dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam sistem terbuka, setiap
anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri
utuk naik lapisan atau bagi yang mereka tidak beruntung jatuh dari lapisan atas
ke lapisan bawah. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih
besar kepada setiap anggota masyarakat untuk menjadikan landasan pembangunan
masyarakat dari pada yang tertutup. Pada stratifikasi yang bersifat campuran,
ada salah satu faktor yang membuat seseorang tidak bisah pindah dari lapisan
satu ke lapisan lainnya. Akan tetapi ada salah satu faktor yang membuat
sseseorang dapat berpindah dari lapisan satu k lapisan lainnya asalkan
seseorang tersebut memenuhi syarat untuk pindah tersebut
Sistem
pelapisan yang tertutup, dalam batas-batas tertentu, dijumpai pada masyarakat
Bali. Menurut kitab-kitab suci orang Bali, masyarakat terbagi dalam empat
lapisan, yaitu Brahmana, Kesatria, Vesia, dan Sudra. Ketiga lapisan pertama
biasa disebut triwangsa, sedangkan lapisan terakhir disebut jaba
yang merupakan lapisan dengan jumlah warga terbanyak
Sistem
pelapisan terbuka biasanya dijumpai pada masyarakat perkotaan. Menurut
perekonomian masyarakat perkotaan, masyarakat terbagi menjadi tiga lapisan,
yaitu lapisan atas(konglomerat), lapisan menengah, lapisan bawah(miskin).
Apabila seseorang mempunyai banyak harta kekayaan dapat dipastikan orang
tersebut bisa mesuk pada lapisan masyarakat atas(konglomerat) meskipun dari
lapisan bawah(miskin). Akan tetapi, jika seseorang tidak mempunyai harta
kekayaan yang berlebih maka dapat di pastikan orang tersebut masuk pada lapisan
bawah meskipun dari lapisan atas(konglomerat).
Macam
pendekatan pada Stratifikasi Sosial
1)
Pendekatan
Fungsional
Pelopor
pendekatan fungsionalis adalah Kingsley Davis dan Wilbert
Moore. Menurut kedua pakar ini stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan
hidup masyarakat yang membutuhkan pelbagai macam jenis pekerjaan.. Tanpa
adanya stratifikasi sosial, masyarakat tidak akan terangsang untuk menekuni
pekerjaan-pekerjaan sulit atau pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan proses
belajar yang lama dan mahal.
Disini
tercakup pengertian bahwa pelapisan sosial itu perlu ada agar
masyarakat berfungsi, bahwa berbagai lapisan dalam masyarakat bergerak
bersama untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat dan bahwa sistem yang
ada, paling tidak secara diam-diam memang telah disetujui oleh para anggota
masyarakat.
Tujuan pelapisan sosial : dalam
rangka penataan masyarakat, dimana setiap masyarakat harus menempatkan
individu-individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan
mendorong mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai akibat
penempatan tersebut. Dengan demikian pelapisan sosial berfungsi untuk
menempatkan individu-individu tersebut dan kedua mendorong agar mereka
melaksanakan kewajibannya.
2)
Pendekatan
Konflik
Pendekatan konflik
memiliki asumsi yang berhadapan secara diametral dengan pendekatan fungsional.
Dengan dipelopori oleh Karl Marx, pendekatan konflik berpandangan
bahwa bukan kegunaan fungsional yang menciptakan stratifikasi sosial, melainkan
dominasi kekuasaan. Artinya menurut pendekatan konflik, adanya pelapisan sosial
bukan dipandang sebagai hasil konsensus, tetapi lebih dikarenakan anggota
masyarakat terpaksa harus menerima adanya
perbedaan itu
sebab mereka tidak memiliki kemampuan untuk menentangnya dan dasar pembentukannya
merupakan penghisapan suatu kelas oleh kelas lain yang lebih tinggi.
Bagi penganut
pendekatan konflik, pemberian kesempatan yang tidak sama dan semua bentuk
diskriminasi dinilai menghambat orang dari strata rendah untuk mengembangkan
bakat dan potensi mereka semaksimal mungkin.
Selain
yang disebutkan diatas juga terdapat pendekatan stratifikasi sosial lainnya
1)
Pendekatan
Objektif
Artinya, usaha untuk memilah-milah
masyarakat ke dalam beberapa lapisan dilakukan menurut ukuran-ukuran yang objektif
berupa variabel yang mudah diukur secara kuantitatif. ( katagori statistik )
2)
Pendekatan
Subjektif
Artinya, munculnya pelapisan sosial
dalam masyarakat tidak diukur dengan kriteria-kriteria yang objektif, melainkan
dipilih menurut kesadaran subjektif warga masyarakat itu sendiri. ( katagori
sosial ).
3)
Pendekatan
Reputasional
Artinya, pelapisan sosial disusun
dengan cara subjek penelitian diminta menilai status orang lain dengan jalan
menempatkan orang lain tersebut tersebut ke dalam skala tertentu. (Sosiologi-materi, 2011)
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Konsep
Stratifikasi sosial adalah pembedaan/pengelompokan
penduduk atau masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan sosial secara bertingkat.
Terdapat banyak dimensi yang bisa digunakan untuk
mendeskripsikan stratifikasi
sosial yang ada dalam suatu kelompok sosial atau
komunitas, diantarnya dimensi kepemilikan kekayaan dan dimensi distribusi
sumber daya.
Konsep kelas sosial adalah satu konsep
yang mengukur kedudukan sosial manusia dari segi kebendaan dan merupakan satu
pembentukan sosial yang tidak dapat dipisahkan daripada institusi ekonomi yang
menguruskan hal-hal seperti harta, pendapatan, kewangan, pelaburan, tagihan kekayaan.
Dalam sebuah masyarak terdapat bentuk-bentuk stratifikasi sosial, diantarnya
yaitu kriteria
pekerjaan, kriteria budaya suku bangsa, kriteria
pendidikan, dan kriteria politik.
perspektif stratifikasi
sosial berarti pandangan kelas sosial yang akan menjelaskan tentang tatanan di
masyarakat.
perspektif ini menganggap bahwa setiap anggota
masyarakat itu tidak sama kedudukan sosialnya, tapi punya tingkatan-tingkatan.
macam pendekatan pada stratifikasi sosial dalam masyarakat yaitu, pendekatan fungsional, pendekatan konflik, pendekatan objektif, pendekatan
subjektif, pendekatan reputasional.
.
DAFTAR
RUJUKAN
Soekanto,
S. 2012. Sosiologi Suatu
Pengantar.Jakarta: PT.RajaGrafindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar